Yogyakarta Office
Jalan Dladan No. 98 Tamanan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55191
Jakarta Office
Jalan Mampang Prapatan Raya No.73A Lantai 3 Jakarta Selatan 12790
Mutu dan Produktivitas
Produktivitas merupakan kunci utama dalam mencapai kesuksesan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, seringkali tantangan besar muncul dalam upaya meningkatkan produktivitas diri. Untungnya, ada berbagai sumber inspirasi yang dapat membantu kita mengatasi hambatan tersebut. Dalam artikel ini, kita akan mengulas tujuh buku inspiratif yang telah terbukti efektif dalam meningkatkan produktivitas Kamu. Buku-buku ini dapat membantu Kamu mencapai potensi penuh dan mencapai tujuan-tujuan yang diimpikan.
Atomic Habits adalah buku pertama yang ada di rekomendasi kali ini. Buku ini menjelaskan bahwa kita di masa depan dapat dicerminkan dari kebiasaan kita sekarang. James Clear sangat menekankan apa itu yang namanya The Power of Tiny Gains. The Power of Tiny Gains adalah pertumbuhan yang kita alami akibat kegiatan-kegiatan positif kecil kita setiap hari. Kita kadang selalu dipermainkan oleh adrenalin kita ketika mengatur tujuan yang besar dan adrenalin tersebut memiliki batas. Oleh karena itu, James Clear menyatakan bahwa lebih baik kita fokus ke sistem, yaitu kegiatan kecil kita sehari-hari dibandingkan goals atau tujuan akhir kita.
Jika ingin menjadi pribadi yang produktif secara konsisten, kita haruslah bersabar untuk menerima rewards. Fokuslah dengan sistem yang mengarahkan ke tujuan akhir kita. Untuk itu, setiap kegiatan kecil yang positif harus diberikan perlakuan yang baik agar kita dapat konsisten melakukannya. Di dalam buku ini menjelaskan, kita harus membuat kegiatan-kegiatan positif menjadi lebih jelas (obvious), mudah (easy), menarik (attractive), dan mampu membuat kita puas (satisfying). Dengan memberikan perlakuan-perlakuan tersebut kepada setiap kegiatan kecil yang positif, kita dapat lebih konsisten untuk menjadi lebih produktif. The goal is not to read a book, the goal is to become a reader.
Dalam buku 7 Habits of Highly Effective People, hal yang paling penting adalah “The Inside Out Concept.” Konsep tersebut menjelaskan bahwa untuk menjadi pribadi yang lebih baik, kita harus fokus ke perbaikan karakter yang memiliki pengaruh lebih besar, bukan memperbaiki apa yang terlihat saja. Konsep ini sangat penting karena mengajarkan kita bahwa untuk menjadi lebih baik, yang pertama kali harus dievaluasi adalah hal yang paling dasar, yaitu diri sendiri. Hilangkan kebiasaan dalam berprasangka bagaimana orang akan menilai saya, tapi bagaimana saya dapat bernilai bagi orang lain.
Selanjutnya, kita masuk ke 7 kebiasaan yang dijelaskan pada buku ini. Stephen Covey menjelaskan bahwa orang sukses adalah yang selalu bersikap proaktif ketika dihadapi masalah. Kita juga harus membiasakan untuk mengimajinasikan tujuan atau hasil akhir yang kita inginkan agar kita dapat kebiasaan apa saja yang mampu mengantarkan kita ke tujuan tersebut. Kita juga harus memiliki kemampuan dalam menentukan skala prioritas. Berpikirlah untuk meraih kemenangan atau tujuan yang berdampak positif bagi lingkungan. Sebelum memulai untuk menyelesaikan masalah, penting untuk mendiagnosa terlebih dahulu informasi yang diterima lalu baru bertindak. Buku ini juga mengajarkan untuk menghargai perbedaan terhadap keadaan yang dialami setiap orang. Terakhir, selalu memiliki mindset untuk mempertajam atau meningkatkan kemampuan kita.
Baca juga: 7 Kebiasaan Ini Bantu Jadi Pribadi yang Lebih Terorganisir
Buku ini menekankan untuk menjadi produktif dan konsisten, kita harus menjadi seorang profesional. The War of Art menjelaskan ada 2 hal yang sering menghambat produktivitas yaitu takut (fear) dan juga kecemasan (anxiety). Seorang profesional mampu menghadapi 2 hal tersebut dan menjadikannya berkontribusi terhadap produktivitas dirinya. Steven Pressfield berpendapat bahwa kita tidak boleh menghindar dari kedua hal tersebut karena itu merupakan hal yang wajar. Fear dan anxiety adalah alarm alami untuk mendorong seseorang melakukan apa yang seharusnya diselesaikan.
Menurut buku ini, yang membedakan orang profesional dengan yang bukan profesional adalah kemampuannya dalam mengalahkan resistance. Resistance di sini adalah semua hal yang mendistraksi kita dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan yang harusnya kita selesaikan. Di sisi lain, orang yang tidak profesional adalah yang terlalu fokus kepada tujuan akhir yang terlalu besar. Karena ekspektasi yang berlebihan, mereka terguncang dengan adrenalin dan emosi yang tidak stabil, sehingga selalu memiliki alasan untuk berpaling ke semua distraksi yang mengganggu pekerjaan. Kebalikannya, seorang profesional adalah seorang yang self validate. Mereka selalu berpikir untuk menyelesaikan pekerjaannya dan tidak pernah kenal yang namanya mental block.
Buku ini sebenarnya berisikan ajakan untuk tidak perlu khawatir dengan apa yang memang sebenarnya tidak perlu kita khawatirkan. Ketika kita merasa selalu punya masalah, kita akan terjebak di “The Feedback Loop from Hell” atau siklus lingkaran setan yang tak berujung. Siklus ini hanya berisikan masalah yang mengarah ke insecure dan kembali lagi ke masalah. Kita harus menerima kalau hidup itu memang susah dan kita harus menghadapinya. The Subtle Art of Not Giving a F*ck menjelaskan bahwa kebahagiaan itu datang ketika kita menghadapi dan menyelesaikan masalah, sukses itu adalah saat kita tahu masalah mana yang bisa kita atur.
Mark Manson mengatakan di buku ini bahwa jangan pernah kita merasa menjadi korban dari masalah yang kita hadapi. Kita harus terima bahwa agar masalah itu hilang kita harus menyelesaikannya, bukan malah menghindar. Buku ini menjelaskan bahwa kita harus memiliki pikiran positif kepada setiap masalah. Setiap orang punya otoritasnya sendiri untuk memilih masalah mana yang harus dihadapi dan diselesaikan. Untuk itu, pilihlah masalah yang berguna dan selesaikan. Hindari masalah yang tidak berguna, temukan masalah yang berguna, selesaikan.
Sebenarnya, buku ini ditujukan untuk orang-orang yang ingin memulai bisnis. Akan tetapi, banyak hal yang dapat dipelajari dari buku ini untuk meningkatkan produktivitas. Done is Better Than Perfect menjelaskan orang-orang seringkali terbuai dengan tujuan yang besar, sehingga merancang tujuan tersebut menjadi lebih detail dan memakan resources yang banyak. Hal seperti ini terkadang membuat rasa puas yang datang lebih awal sehingga membuat proses pelaksanaannya menjadi tidak menarik. Penting untuk membuat tujuan akhir, tetapi yang paling penting adalah menyelesaikan setiap masalah kecil yang sedang dihadapi sekarang.
Untuk menjadi produktif, kita harus menomorsatukan efisiensi dalam bekerja. Ketika fokus kepada tujuan akhir yang besar, hal tersebut seringkali membuang waktu secara percuma. Misalnya, ketika kita ingin menjadi seorang Copywriter terbaik di Indonesia, kita memikirkan bahwa kita adalah seorang Copywriter yang telah memproduksi ratusan atau bahkan ribuan iklan atau konten dengan bayaran mahal. Membayangkan hal tersebut sering memberikan rasa puas sesaat yang menghambat proses dalam menuju ke sana. Untuk itu, mulailah untuk menyelesaikan masalah yang ada di depan kita terlebih dahulu.
Buku ini mengajarkan untuk menerima dan suka terhadap hal-hal yang tidak tertebak (unexpected things). Nassim Nicholas Taleb mengatakan jadikanlah hal-hal yang tidak terduga adalah sesuatu yang membuat kita bergairah untuk melakukan sesuatu. Manusia seringkali merasa terpukau ketika mengetahui hal baru yang tidak terprediksi sebelumnya, nah momentum tersebut harus dimanfaatkan. Antifragile mengatakan bahwa kenyataan hidup adalah memang harus menerima hal-hal yang tidak tertebak. Kita tidak dapat memprediksi masa depan, jadi kita harus menyambutnya dengan baik.
Selain itu, buku ini mengajarkan kita untuk selalu mencari apa yang namanya stres. Nassim Nicholas Taleb berpendapat bahwa stres adalah alat utama yang membuat manusia tumbuh dan berkembang. Buku ini juga berargumen bahwa prokrastinasi adalah hal yang wajar untuk dihadapi manusia. Tugas kita adalah menghadapi prokrastinasi dan mulai untuk menyelesaikan masalah. Stres adalah tanda bahwa kita sedang berkembang.
The 5 AM Club adalah salah satu buku self improvement yang terkenal. Sesuai dengan judulnya, argumen utama dari buku ini adalah dampak positif dari kebiasaan bangun jam 5 pagi setiap hari. Robin Sharma mengaku dengan bangun jam 5 pagi, kita merasa sudah melakukan hal yang positif dan itu akan berdampak ke kegiatan-kegiatan selanjutnya. Untuk menjadi produktif, buku ini menyarankan untuk menggunakan “20/20/20 rules” di pagi hari. 20 menit pertama untuk bergerak (move), 20 menit kedua untuk refleksi diri (reflect), dan 20 menit terakhir untuk pengembangan diri (grow). Buku ini mengatakan harus melakukan hal-hal ini minimal 66 hari untuk merasakan dampak positifnya.
Selain itu, buku ini mengajarkan hal-hal lain untuk menunjang produktivitas. Buku ini mengatakan bahwa kita harus dapat membedakan mana sibuk produktif dan mana sibuk yang tidak berarti. Selain itu, ketika kita sedang mengalami stres dalam mengerjakan sesuatu, Robin Sharma menyarankan untuk melakukan jalan kaki ringan dan melihat-lihat ke sekitar. Hal ini untuk menyegarkan pikiran dari stres untuk kembali menghadapi pekerjaan.
Banyak hal yang dapat membantu kita untuk menjadi pribadi yang lebih produktif. 7 buka di atas adalah contoh dari sekian banyak media yang dapat membantu kita. Selain itu, di era digital sekarang, akses untuk mendapatkan sumber pengembangan diri pun semakin terbuka lebar. Dari semua sumber yang ada, dapat kita simpulkan bahwa untuk menjadi produktif, hal yang paling penting adalah konsisten. Jika kita konsisten melakukan hal-hal prioritas yang bermanfaat setiap hari, kita akan menjadi lebih produktif.
Baca juga: 7 Cara Menggunakan ChatGPT Untuk Meningkatkan Produktivitas Kamu
Untuk mendapatkan informasi menarik lainnya. Ikuti media sosial Instagram dan Tiktok kami. Sampai jumpa di informasi selanjutnya!