Yogyakarta Office
Jalan Dladan No. 98 Tamanan, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55191
Jakarta Office
Jalan Mampang Prapatan Raya No.73A Lantai 3 Jakarta Selatan 12790
Bisnis
Table of Contents
Industri Tekstil di Indonesia Saat ini
Performa Industri Tekstil di Indonesia
Upaya yang Dilakukan Pemerintah
Upaya yang Dapat Dilakukan oleh Pelaku di Industri Tekstil
Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Indonesia telah menjadi salah satu sektor vital yang mendukung perekonomian nasional selama bertahun-tahun. Dikenal sebagai industri padat karya, sektor ini menyediakan lapangan kerja bagi jutaan tenaga kerja. Selain itu, industri ini juga berkontribusi signifikan terhadap ekspor dan pendapatan negara. Akhir-akhir ini, industri tekstil di Indonesia diisukan menghadapi tantangan besar yang mengancam kelangsungan usahanya. Kebijakan impor dan persaingan dengan produk tekstil murah dari luar negeri membuat banyak pabrik tekstil lokal terpaksa gulung tikar. Hal tersebut berdampak pada gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Di tengah kondisi yang semakin sulit, berbagai pihak mulai mengemukakan suara keprihatinan dan tuntutan terhadap pemerintah untuk segera mengambil langkah penyelamatan. Serbuan barang impor tekstil yang tak terkendali, ditambah dengan relasi antara pelaku dan regulasi yang tidak mendukung, memperparah situasi industri tekstil nasional. Artikel ini akan membahas kondisi terkini industri tekstil di Indonesia. Hal apa saja yang harus diperhatikan serta upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan pelaku industri ini.
Baca juga: The 8 Wastes of Lean: Mengenal 8 Pemborosan dalam Bisnis
Industri tekstil di Indonesia saat ini menghadapi tantangan serius akibat berbagai dinamika global dan lokal. Meskipun terdapat pertumbuhan positif dalam beberapa segmen seperti tekstil, pakaian jadi, dan alas kaki, namun sektor ini juga mengalami penurunan dalam aspek lain. Untuk kinerja ekspor, statistik menunjukkan tren menurun dalam beberapa tahun terakhir. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa volume ekspor tekstil Indonesia mengalami penurunan sebesar 2,43% pada tahun 2023. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tahun ini menunjukkan rekor terendah dalam sembilan tahun terakhir.
Di sisi lain, kontribusi industri tekstil terhadap ekonomi nasional masih signifikan meskipun mengalami berbagai tekanan. Sektor ini tetap menjadi salah satu penopang utama pertumbuhan ekonomi dengan kontribusi yang mencapai 19,28% pada triwulan pertama 2024. Meskipun demikian, penurunan ekspor yang signifikan dan tantangan dari impor ilegal menunjukkan bahwa industri tekstil memerlukan strategi yang lebih kuat. Industri ini perlu mempertahankan daya saingnya di pasar global serta untuk melindungi pasar domestik dari serbuan barang impor yang tidak sah.
Performa industri tekstil di Indonesia menunjukkan dinamika yang beragam dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun terdapat peningkatan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, industri ini juga menghadapi tantangan signifikan. Pada triwulan pertama 2024, sektor tekstil dan pakaian jadi mencatat pertumbuhan positif, dengan kontribusi masing-masing sebesar 5,90% dan 2,64% year-on-year. Permintaan luar negeri dan domestik yang kuat turut mendorong pertumbuhan ini. Selain itu, stabilitas konsumsi rumah tangga domestik dan berbagai momen seperti Pemilu 2024, hari libur nasional, cuti bersama, serta Lebaran juga membantu mendukung kinerja positif industri ini.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa industri tekstil juga mengalami penurunan dalam beberapa aspek, terutama dalam hal ekspor. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2023, volume ekspor industri tekstil nasional turun sebesar 2,43% dibandingkan tahun sebelumnya, dengan nilai ekspor merosot sebesar 14,78%. Penurunan ini disebabkan oleh melemahnya permintaan global akibat kondisi geopolitik dan ekonomi yang tidak stabil di berbagai negara. Meskipun industri tekstil masih menjadi mesin penggerak utama perekonomian Indonesia, tantangan yang dihadapinya memerlukan perhatian khusus. Diperlukan strategi yang tepat untuk menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan sektor ini.
Data ini dilakukan oleh Adi Ahdiat dari Databoks (Katadata).
Impor ilegal merupakan salah satu masalah utama yang mengancam keberlanjutan industri tekstil di Indonesia. Praktik-praktik seperti penyelundupan melalui modus impor borongan, pelarian HS, dan under invoicing telah menyebabkan banjirnya barang impor ilegal di pasar domestik. Hal ini tidak hanya merugikan produsen lokal tetapi juga menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi negara. Ketua Ikatan Pengusaha Konveksi Berkarya (IPKB), Nandi Herdiaman, menyatakan bahwa pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan, perlu mengambil tindakan tegas terhadap praktik-praktik impor ilegal ini. Penyelundupan yang dibiarkan oleh pihak berwenang menciptakan lingkungan yang tidak adil bagi industri tekstil lokal yang berjuang untuk bersaing.
Dampak dari impor ilegal ini juga dirasakan langsung oleh para pekerja di sektor tekstil. Banyak pabrik terpaksa mengurangi produksi atau bahkan menutup operasi mereka, mengakibatkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang signifikan. Sekjen Asosiasi Olefin, Aromatik dan Plastik Indonesia (Inaplas), Fajar Budiono, menjelaskan bahwa penurunan produksi di industri tekstil secara langsung mempengaruhi sektor-sektor terkait, termasuk industri kimia hulu dan petrokimia. Oleh karena itu, penanganan masalah impor ilegal ini sangat penting untuk melindungi industri tekstil. Selain itu, usaha penanganan impor ilegal juga untuk menjaga kestabilan ekonomi yang lebih luas.
Baca juga: 5 Hal Yang Dapat Dipelajari dari Perusahaan Internasional
Pemerintah Indonesia telah mengambil beberapa langkah strategis untuk mendukung industri tekstil dan menghadapi tantangan yang ada. Salah satu upaya utama adalah penetapan kebijakan impor yang lebih ketat. Kementerian Perdagangan mengeluarkan Peraturan Menteri Perdagangan No 8/2024 yang bertujuan untuk mengendalikan masuknya barang-barang impor yang tidak memenuhi standar. Kebijakan ini merupakan revisi dari Permendag No 36/2023 dan diharapkan dapat melindungi pasar dalam negeri dari banjirnya produk impor ilegal yang selama ini merugikan produsen lokal. Selain itu, pengawasan yang lebih ketat di pelabuhan dan pintu masuk lainnya juga dilakukan untuk mencegah masuknya barang-barang ilegal.
Selain kebijakan impor, pemerintah juga fokus pada pengembangan dan revitalisasi industri tekstil melalui berbagai program dan insentif. Kementerian Perindustrian, misalnya, terus mendorong investasi di sektor tekstil dengan menyediakan fasilitas dan insentif bagi perusahaan yang ingin berinvestasi. Program pelatihan dan peningkatan keterampilan bagi pekerja tekstil juga dijalankan untuk memastikan bahwa tenaga kerja memiliki kompetensi yang dibutuhkan. Dukungan terhadap inovasi dan penggunaan teknologi modern dalam proses produksi tekstil juga menjadi perhatian utama.Harapannya, dapat meningkatkan daya saing produk tekstil Indonesia di pasar global.
Pelaku industri tekstil di Indonesia harus proaktif dalam menghadapi tantangan yang ada dan beradaptasi dengan perubahan pasar. Salah satu langkah penting adalah meningkatkan efisiensi produksi melalui adopsi teknologi modern. Penggunaan mesin-mesin canggih dan otomatisasi proses produksi dapat mengurangi biaya operasional dan meningkatkan kualitas produk. Selain itu, pelaku industri harus fokus pada penelitian dan pengembangan (R&D) untuk menciptakan produk-produk inovatif yang memiliki nilai tambah dan dapat bersaing di pasar internasional. Diversifikasi produk, seperti mengembangkan tekstil ramah lingkungan atau fashion berkelanjutan, juga dapat menjadi strategi untuk menarik konsumen baru dan meningkatkan daya saing.
Penerapan standar ISO 22301 Business Continuity Management (BCM) menjadi langkah penting yang dapat dilakukan oleh pelaku industri tekstil. Standar ini dapat membantu untuk memastikan keberlanjutan bisnis di tengah tantangan global. Standar ini membantu perusahaan merancang, menerapkan, dan memelihara sistem manajemen keberlangsungan bisnis yang efektif, mencakup identifikasi risiko, pengembangan strategi mitigasi, serta pengujian dan pemeliharaan rencana keberlangsungan bisnis. Selain memperkuat ketahanan internal, standar ini juga mendorong transparansi dan komunikasi yang baik dengan pemangku kepentingan. Hal tersebut termasuk pada pelanggan dan pemasok, sehingga membangun kepercayaan dan reputasi yang positif di pasar.
Baca juga: Mengenal Siklus PDCA untuk Memecahkan Masalah Bisnis
Kesimpulannya, industri tekstil di Indonesia saat ini menghadapi tantangan yang cukup berat akibat berbagai faktor eksternal dan internal. Meskipun begitu, peluang untuk bangkit dan berkembang tetap terbuka lebar. Langkah-langkah strategis yang sudah diambil pemerintah, seperti pengendalian impor ilegal dan dukungan kebijakan pro-industri, memberikan harapan positif bagi masa depan industri tekstil. Namun, implementasi yang konsisten dan pengawasan yang ketat tetap diperlukan untuk memastikan kebijakan ini efektif dalam jangka panjang.
Bagi pelaku industri tekstil, inovasi, efisiensi, dan kolaborasi menjadi kunci untuk bertahan dan bersaing di pasar global. Dengan melakukan beberapa upaya inovatif dan menerapkan standar manajemen keberlangsungan bisnis seperti ISO 22301, perusahaan dapat terus bertumbuh dengan baik. Di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah, adaptasi dan respons yang cepat menjadi krusial. Untuk itu, pelaku industri tekstil diharapkan tetap proaktif dalam menjalankan bisnis mereka.